WARTA1.NET— Kabupaten Minahasa utara menerima kunjungan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo. Kunjungan ini dalam rangka meningkatkan budidaya industri perikanan air tawar bagi para petani tambak ikan air tawar di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Desa Tatelu Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara (Minut) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Selasa (18/2/ 2020).
Dalam dialog bersama Menteri, para petani ungkapkan kendala utama antara lain ketersediaan pakan butiran ikan yang harus didatangkan dari pulau Jawa, padahal dari enam komponen bahan baku untuk pembuatan pakan 5 diantaranya bisa didapatkan di Sulut, sementara satu lainnya harus didatangkan dari luar.
Bacaan Lainnya
Menurut Menteri Edhy Parabowo, isu sentral budidaya air tawar adalah pakan yang mahal karena memakan 80 persen dari ongkos produksi, kedua sumber benih, sumber benih ini akan kita bantu dengan bakal-bakal benih, juga akan dibantu dengan benih-benih unggul termasuk juga benih anakan.
“Pelaku perikanan air tawar juga harus kreatif dengan mengusahakan pakan mandiri. Pakan mandiri ini harus muncul dari pelaku budidaya itu sendiri. Karena mereka sebenarnya punya kemampuan untuk hal itu. Bahan baku untuk pembuatannya lima diantaranya ada di Sulawesi Utara, sementara hanya satu yang harus didatangkan dari Pulau Jawa,” terang Prabowo.
Ditambahkannya, pelaku juga bisa menggalakan pakan-pakan alam.
“Saya tidak akan memusuhi pengusaha secara koorporasi,karena kita bersama mencari jalan keluar untuk menanggulangi pakan yang mahal menjadi murah dan bisa dijangkau pelaku budidaya,” tukas Menteri seraya menambahkan di Sulut nanti bisa dibangun pabrik pakan sehingga bisa memenuhi kebutuhan pelaku budidaya.
Terpisah Bupati Minut Dr (Hc) Vonnie Aneke Panambunan akan menunjang budidaya industri petani ikan air tawar dengan menerima para investor yang akan mengembangkan pabrikan pakan ikan air tawar.
“Saya sangat terbuka terhadap investor yang akan membangun pabrik, bahkan mereka akan mendapat bantuan tanpa agunan dari pemerintah. Asalkan mereka mengikuti aturan yang ada saya pasti menerima bahkan akan membantu secepatnya, hal ini untuk kesejahteraan masyarakat Sulut yang saya cintai,” tukas Panambunan.
Kepala BPBAT Fernando Simanjuntak mengatakan keperluan pakan ternak di Sulawesi Utara per hari mencapai 30 ton, karena produksi kita sekira 20 ton per hari.
“Karena Sulut tidak ada pabrikan maka ini semua disuplai dari luar, maka pemerintah mendorong masyarakat itu bisa membuat pakan sendiri yang disebut pakan mandiri. Beberapa upaya telah dilakukan pemerintah Sulut termasuk paket bantuan pembuatan pakan mandiri, termasuk pelatihan dan pendampingan. Ada delapan kelompok budidaya yang mendapat pendampingan dari kami pihak BPBAT,” kunci Simajuntak.(Red/Adv)