warta1.net,MANADO– Industri kreatif khususnya seni pertunjukan ikut terdampak akibat pandemi Covid-19. Tak terkecuali bumi nyiur melambai. Teranyar, North Celebes Creative Lab (NCCL) yang berdomain di Kota Bitung, jadi penyulut. Demi menjaga nyala pekerja teater di Sulut dan seni pertunjukkannya tak lagi mati suri.
NCCL sukses mementaskan Hikayat Dotu dan Kekuasaan (HD&K) karya Satria Yanuar Akbar, disutradarai Hanung Prabowo. Tanggal 3 dan 4 Desember 2020 bertempat di ex Kantor DPRD Sulut, Sario, Kota Manado.
Hanung Prabowo sutradara HD&K menuturkan, dirinya mencoba menafsirkan naskah ini kedalam konteks sosial politik dengan pendekatan bentuk pemanggungan kontemporer.
“Latar belakang cerita lebih mengangkat tentang rakyat (dalam hal ini dimotori oleh sosok “Rinte”) yang notabenenya sebagai penambak garam, ia punya pandangan yang begitu bijak terhadap para Dotu (pemimpin/calon pemimpin {dalam pandangan sutradara}) di negeri ini yang kebanyakan sibuk menjaja diri, “membuang” banyak janji ke rakyatnya namun ketika telah memimpin malah lupa akan janji-janjinya.” Papar Hanung, (4/12/2020)
“Oleh karenanya, Rinte banyak mensimbolisasikan “Garam” sebagai sebuah pelajaran terhadap para Dotu, bahwasanya, “Jadilah selayaknya garam, tak terlihat namun terasa, putih bersih barang berguna (sepenggal dialog Rinte” kepada para calon” pemimpin negeri agar lebih banyak merealisasikan apa yg dikatakan, dan bukan sebaliknya. Tuntutan demi tuntutan dilayangkan oleh para tokoh rakyat terhadap Dotu atau pemimpin atau calon pemimpin, agar mereka lebih peka dan membuka mata dalam memandang permasalahan yang sering terjadi dan dikeluhkan oleh para rakyatnya.” Bebernya
“Bentuk pemanggungan saya menggunakan pendekatan kontemporer. Dengan penggunaan panggung arena, kemudian warna musik menggunakan ilustrasi serta set panggung yang sederhana.” Imbuhnya
Lanjut dikatakannya, visinya adalah memberikan edukasi politik terhadap masyarakat, yang dimana kebanyakan masyarakat serta merta dalam memilih seorang pemimpin namun “belum” menyadari mengapa sebenarnya harus memilih pemimpin.
“Maknanya sebenarnya adalah membangun kembali kesadaran dari para calon pemimpin melalui teater, agar kiranya ketika terpilih dalam pemilihan tidak lupa akan setiap tanggung jawab yang harus ia jalankan dan tunaikan. Kesan serta amanat dari pertunjukan HD&K yakni, berproses melalui karya teater dalam bentuk apapun dan menumbuhkan aktor-aktor baru sebagaimana regenerasi dibutuhkan atas itu, serta membangun peradaban lewat pertunjukan dan menjalin silaturahmi antara sesama peteater serta penonton.” Tandas sutradara muda berbakat ini.
Tak jumawa, dirinya sebagai yang masih hijau di bidang penyutradaraan membeber tantangan dan kesulitannya pada proses HD&K ini, adalah bagaimana menyuguhkan ke penonton semenarik dan seringan mungkin.
“Tantangan dan kesulitannya adalah, dari segi naskah atau teksnya memang begitu padat dan dimainkan oleh aktor-aktor yang baru, bahkan belum pernah mengenal dan memainkan teater. Dengan durasi latihan selama kurang lebih tiga minggu.” Jelas Hanung.
Seihwal dengan sutradaranya, Charles Somba, aktor dalam HD&K berperan sebagai rakyat, disimbolkan karakternya petani yang idiot. Dirinya ikut terlibat diproses teater ini, supaya dapat penyaluran yang tepat untuk mencurahkan kegelisahan serta unek-uneknya lewat media panggung.
“tidakkah pahit bagi anda, wahai dotu, ketika melakukan perjalanan melihat indahnya pegunungan namun pohon telah ditebang dan air tidak lagi mengalir dari sisinya, ini ta pe dialog gaco .” Pungkas Somba dengan senyum khasnya.
Tak hanya di Manado, pementasan HD&K juga akan di pentaskan di Langowan, 6 Desember dan 7,8 Desember di Kota Bitung.
(Prisky)
More Stories
Sekkot Micler Lakat Hadiri Rapat Persiapan Konferensi Internasional Terumbu Karang 2024
Pjs Walikota Clay Pantau Pasar Murah dan Serahkan Bantuan ke Lansia
Richard Sualang Cek Infrastruktur dan Berdialog Bersama Warga Kleak dan Bumber